Berkunjung Ke SMA Plus Negeri 17 Palembang: Dari Biasa Menjadi Luar Biasa

Kunjungan kedua (25/9) saya di SMA Plus Negeri 17 Palembang yang berada di Jalan Mayor Zubir Bustan, Pipa Jaya, Kemuning, Palembang. Dari penginapan Kami (area PTC Mall) hanya sekitar 15 menit. SMA yang berada di Lebong Siarang ini beroperasi sejak 1997/1998 ditetapkan menjadi SMA unggulan berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sumatera Selatan nomor 244/SK/VII/2000 tanggal 30 Mei 2000.

Dengan didampingi oleh Waka Humas, Dra. Ria Wilastri, M.M, saya berkeliling di Boarding School seluas 3,4 ha. Kelas X wajib asrama. Sementara kelas XI dan XII boleh tidak asrama. Sekitar 20% siswanya berasal dari luar daerah, bahkan luar pulau. Sehingga iuran bulanannya termasuk untuk asrama sebesar Rp 1.550.000. Siswa sudah dapat fasilitas makan, loundry, dan pembinaan dari pembina asrama. Lokasi asrama berada di dalam sekolah. Sistem one gate way ini memudahkan pengamanan dan pemantauan terhadap siswa. Asrama sekolah ini sanggup menampung sekitar 500 siswa. Area asrama ini dilengkapi fasilitas seperti gazebo, dan food court, dan berdekatan dengan masjid. Asrama tersebut bergaya cottage. Sementara asrama putra dan putri dipisahkan oleh gazebo.

Sekolah berpredikat Adiwiyata Mandiri (2013) ini memanfaatkan setiap sudutnya untuk penghijauan sebagai sarana belajar yang rekreatif dan ramah lingkungan. Pohon-pohonan yang mayoritas mangga dibiarkan membesar menjadi kanopi alam. Area belakang gedung dimanfaatkan untuk budidaya apotek hidup. Sementara di bagian hutan sekolah terdapat tiga kolam berasal dari air limbah perkampungan yang digunakan untuk membudidayakan lele. Di pinggir-pinggir kolam didirikan gazebo-gazebo untuk siswa berdiskusi ataupun kegiatan . Sebab secara berkelompok siswa wajib membuat tugas proyek penelitian setiap semester. Tagihan proyek ini merupakan implementasi atas kegiatan kepramukaan yang integratif antarmapel juga sebagai bagian dari program BUGEMM (Budaya Gemar Membaca dan Menulis).

Masih di area hutan sekolah, mereka menangkarkan dan mengoleksi anggrek dari beberapa daerah di Nusantara. Sedikitnya ada sekitar 40 jenis aggrek berada di sebelah green house. Kawasan ini tidak jauh dari UKS. Ini yang membuat saya ingin menengok UKS. Di dalam ada dua perawat berlatar belakang pendidikan Keperawatan yang saat itu merawat ibu guru yang sedang sakit. Kerjasama dengan puskesmas setempat pun memungkinkan sekolah mendapat kunjungan berkala dari tim medis puskesmas.

Sambil melewati koperasi sekolah yang menjual beraneka makanan khas mengemas makanannya secara sehat. Pengelola koperasi mengadakan kesepakatan dengan penyedia makanan untuk tidak menggunakan 5P (pewarna, pengawet, pengemulsi, pemanis, penyedap) dan pengemasannya memenuhi standar ramah lingkungan.

Lokasi berikutnya yang saya datangi, perpustakaan sekolah. Tempat ini menjadi daya tarik tersendiri sebab umumnya sekolah maju adalah sekolah yang mengedepankan pengembangan perpustakaan. Ia juga sebagai sarana rekreatif yang mendidik. Perpustakaan 17 ini ditetapkan sebagai perpustakaan terbaik di Palembang pada 2016. Pasalnya ia memiliki koleksi nonpaket sebanyak 32.000 eksemplar dan judul tidak kurang dari 25.000 judul buku. Perpustakaan ini menjadi ikon bagi pusat penelitian dan publikasi program BUGEMM. Koleksi ribuan itu banyak berasal dari wali siswa. Setiap awal pelajaran (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) pihak perpustakaan mengajukan daftar kebutuhan buku (rekomendasi guru dan siswa). Pihak kesiswaan dan perpustakaan menyelenggarakan bazar/ pameran buku dengan mendatangkan penyedia (rekanan) saat MPLS itu. Wali siswa diundanghadirkan mengikuti acara bazar. Sebelumnya pihak sekolah dengan didampingi komite mengedukasi dan menyampaikan program literasi sekolah diantaranya akuisis (pengadaan) bahan koleksi. Melalui daftar kebutuhan buku tersebut, rekanan menyediakan buku pameran sesuai dengan kebutuhan sekolah. Wali siswa secara individu ataupun kelompok (untuk buku di atas Rp 200.000) membeli buku untuk perpustakaan saat pameran berlangsung. Kegiatan ini dinilai efektif oleh Kepala Sekolah, Parmin Suwito, S.Pd, M.M. Dengan prinsip dari kami, untuk kami, siswa nantinya ikut menikmati buku yang dibelinya sendiri.

Saya yang melihat sekolah ini luar biasa tidak hanya akademik teteapi juga nonakademik termasuk magemen dan tentunya guru dan tenaga kependidikannya. Sebab lulusan pertamanya saja hampir 90% masuk ke Perguruan Tinggi Negeri ternama (UI, UGM, UNSRI, dll). Namun waka Humas yang juga pengampu Biologi mengaku, “Kami merasa biasa aja, teman-teman di sini semua sama, kami bekerja sama, kami saling mendukung, kami saling membantu, suka duka itu kami pikul bersama. Banyak guru-guru PNS yang tidak mau berdinas disini. Mungkin karena di sini harus fullday dan kehadiran tenaga di sini mengikuti jam sekolah, mulai pukul 6.40 s.d 16.30. Hanya Jumat-Sabtu saja kami pulang lebih awal, pukul 12.00. Kalau ingat masa awal-awal pembukaan sekolah ini. Kami harus berjuang. Tahun 1997 kami hanya dapat 30 siswa, itu pun tanpa seleksi. Kami berusaha membentuk siswa tersebut. Kami pun mendatangi Universitas-universitas negeri untuk mengenalkan prestasi anak-anak agar mereka diperhitungkan dalam seleksi di PTN tersebut” demikian kisah Waka Humas. Melalui Waka Humas, SMA Plus Negeri 17 ini menyambut hangat program kerja sama SMAN 1 Glagah Banyuwangi untuk ber-telekonference dengan sekolah mitra. Rencana ke depan, SMA Negeri 1 Glagah akan menjalin MoU dengan SMA Plus Negeri  17 Palembang.

(Kontributor: Elvry)

Dikutip dari BanyuwangiTerkini.id

 

Bagikan :

WeCreativez WhatsApp Support
Assalamualaikum....