Oleh : Ayu Fitri Wahyuni Keluanan, S,Pd
Banyuwangi, 19 September 2019
Bagi kalian yang tinggal di Banyuwangi, apakah kalian pernah mendengar tentang Museum Blambangan? Apakah kalian pernah berkunjung ke Museum Blambangan? Atau apakah kalian tahu, koleksi apa saja yang terdapat di dalam museum tersebut? Berkunjung ke Museum Blambangan biasanya akan dilakukan ketika masyarakat, khususnya peserta didik, memiliki kepentingan tertentu. Entah itu untuk mengerjakan tugas atau mencari bahan pendukung penelitian. Hal tersebut berdampak pada kurangnya pengetahuan akan benda-benda koleksi dari Musem Blambangan. Padahal museum tersebut bisa menjadi salah satu tujuan wisata sejara yang edukatif. Di sana kita bisa mengetahui tentang sejarah lokal Banyuwangi dari berbagai temuan yang menjadi koleksi museum.
Salah satu upaya yang dilakukan pihak museum untuk memperkenalkan koleksi Museum Blambangan adalah dengan melaksanakan kegiatan “Museum Blambangan Goes to School”. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 9 September hingga 19 September 2019. Sasaran kegiatan ini adalah peserta didik dari Sekolah Menengah Pertama/Se-derajat dan juga Sekolah Menengah Atas/Se-derajat yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Dalam pelaksanaannya, SMA Negeri 1 Glagah mendapatkan kesempatan menjadi salah satu sekolah yang dikunjungi oleh Museum Blambangan. Jika biasanya peserta didik datang ke museum untuk melihat benda-benda koleksi. Maka dalam kesempatan ini, benda-benda koleksi museumnya lah yang di bawa ke sekolah untuk diperlihatkan kepada peserta didik. Bertempat di Aula Perpustakaan Lantai 2, berbagai benda koleksi pun dipamerkan. Benda-benda koleksi yang dipamerkan antara lain, keris, stupika dari tanah liat, batu bata merah dari situs di macan putih, tablet dari gerabah, dan berbagai bentuk celengan yang banyak digunakan ketika masa Kerajaan Majapahit.
Selain pameran benda-benda koleksi museum, ada pula sesi penyampaian informasi mengenai situs sejarah yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Uniknya, pada kunjungan dan penyampaian informasi ini, pihak Museum Blambangan juga menggandeng Pihak Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta (Balar DIY). Kepala Balar DIY, Bapak Sugeng Riyanto, dan Peneliti Balar DIY, Mbak Putri Novita Taniardi menjadi tamu istimewa dalam sesi penyampaian informasi tersebut. Di depan 316 peserta didik kelas X, Beliau berdua memaparkan segala hal yang berkaitan dengan temuan-temuan arkeologi di Banyuwangi, salah satunya adalah “Kajian Budaya Megalithik di Situs Mulyosari Banyuwangi”. Temuan ini menjadi pelengkap situs praaksara di Banyuwangi, dimana sebelumnya Situs Kendeng Lembu juga sudah terkonfirmasi sebagai peninggalan dari masa Neolithik.
Kegiatan ini mendapatkan apresiasi positif dari Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Glagah, Drs. H. Mujiono, M.Pd. Dalam sambutannya, Beliau menyampaikan bahwa perlunya mempelajari sejarah dengan cara melihat benda-benda peninggalan sejarah yang ada di museum maupun mengunjungi situs sejarah secara langsung. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan minat dan daya analisis peserta didik terhadap sejarah lokal Banyuwangi. Selain itu, peserta didik juga antusias dalam mendengarkan pemaparan informasi. Di akhir kegiatan, Balar DIY membagikan tumbler kepada peserta didik yang berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, peserta didik di SMA Negeri 1 Glagah diharapkan tidak hanya melihat museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah. Museum dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi yang edukatif, dimana mereka dapat melepas penat dari kesibukan sembari mendapatkan ilmu baru tentang sejarah Banyuwangi. Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang situs-situs sejarah yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Hal itu bertujuan untuk menghindarkan peserta didik dari rasa apatis dan menanamkan rasa ikut memiliki situs-situs peninggalan sejarah lokal Banyuwangi. Dengan begitu, warisan nenek moyang kita dapat bisa terjaga dengan baik sampai kapanpun. Sesuai dengan slogan, Cinta Sejarah Cinta Indonesia. AyuFitriwk