Banyuwangi (13/11) SMA Negeri 1 Glagah mengadakan acara In House Training bersama dengan SMA Negeri 1 Giri. Acara ini mengangkat tema Implementasi Pendidikan Berdiferensiasi untuk Mewujudkan Merdeka Belajar. Kegiatan tahunan ini diselelnggarakan sebagai media peningkatan kompetensi agar bisa mengikuti dinamika pendidikan pascapandemi dan untuk menghadapi era industri 5.0 society.
“… Guru harus bisa mereposisi diri mengikuti perkembangan pendidikan dan teknologi. Guru secara simultan harus mengikuti berbagai pelatihan baik in house training, workshop, diklat, dan sejenisnya agar mampu mengelola pembelajaran yang professional, berkualitas, dan menyenangkan. Kegiatan ini berkesinambungan, peserta menyetorkan hasil implementasi IHT paling lambat pada 20 November 2021” ungkap Drs. H. Mujiono, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Glagah.
Acara ini berlangsung selama dua hari yaitu pada 13 hingga 14 November 2021 bertempat di Hotel Kokoon dengan mendatangkan beberapa narasumber seperti Kepala Dinas Pendidikan Cabang Kabupaten Banyuwangi, Pengawas Wali, dan Kepala SMA N 1 Giri.
“… Melalui IHT ini diharapkan ada temuan baru tentang layanan kependidikan baik yang berbasis luring maupun daring sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa bisa memaknai kegiatan belajarnya sesuai dengan esensi merdeka belajar.” ujar Drs. Istu Handono, M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Cabang Kabupaten Banyuwangi.
“Sesungguhnya SKS merupakan bagian dari sistem pelayanan pada peserta didik sesuai dengan bakat minat dan kemampuan belajarnya. Maka jika sekolah SKS hanya mengutamakan pelayanan pada siswa pembelajar cepat saja maka sesungguhnya belum memahami tujuan SKS. Maka dari itu sekarang sedang dikembangkan belajar diferensiasi dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar seperti profil siswa (gaya belajar), kesiapannya, dan minatnya” ujar Drs. H. Mujib, M.Pd selaku pemateri.
“Baik pemateri maupun guru-guru selalu mengembangkan wawasan, strategi, dan metode pembelajaran yang sangat menguntungkan anak anak. Kita berharap akan melahirkan tokoh- tokoh besar yang berperan dalam masyarakat” ungkap Drs. Ashadi, M.Pd, selaku Pengawas Sekolah.
“Dengan pembelajaran MAHIR dengan kotak misteri dan identifikasi gaya belajar melalui aplikasi My LS2 yang dibawakan oleh Ibu Karinatul Aini, S.Pd dan Ibu Citra maharani, M.Pd dapat membantu pembelajaran berdiferensiasi. Hanya saja butuh tenaga IT spesialis coding untuk membantu membuat aplikasi My LS2. Ini bukan kerja sederhana” Ungkap Elvry Mayluxsi selaku peserta IHT.
“Metode pembelajaran kotak misteri ini bisa diaplikasikan ke semua mata pelajaran karna unsur-unsur ini bisa dikembangkan sesuai dengan karkateristik masing masing mapel dan kotak misteri bisa dikreasikan berdasarkan tujuan yang diharapkan masing-masing mapel sehingga siswa nyaman belajar. Jadi pembelajaran bisa variatif, tidak membosankan.” ungkap Karinayul Aini S.Pd, G.R yang pernah mengajar di Mangarai Barat, NTT, usai berbagi praktik pembelajaran.