Banyuwangi, SMAN 1 Glagah – Sebagai bagian dari upaya memperdalam wawasan sejarah lokal, siswa-siswi kelas X SMAN 1 Glagah melakukan kunjungan edukasi ke Mini Museum “Mandarwangi” di Jalan Letjen DI Panjaitan, Lingkungan Krobokan, Kelurahan Kampung Mandar, Banyuwangi, Jumat (15/11). Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan arsip dan benda-benda bersejarah Suku Bugis-Mandar yang telah berusia ratusan tahun.
Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Gebyar Selametan Laut Tradisi Adat Mandar yang diselenggarakan oleh Panitia Kegiatan Adat Selametan Laut 2024. Didampingi oleh guru sejarah, Mohammad Syahid Satria, S.Pd, rombongan siswa disambut hangat oleh Syahrul Ihza Syahbana, perwakilan Pemuda Adat Mandar yang bertugas sebagai pemandu museum.
Syahrul menjelaskan kepada para siswa bahwa Suku Mandar berasal dari Sulawesi Barat, yang pertama kali datang ke Banyuwangi pada abad ke-18 hingga 19 sebagai pedagang. Selain itu, ia juga memaparkan bahwa hubungan antara Suku Mandar dan Kerajaan Blambangan pada masa lalu menjadi salah satu alasan kuat suku ini diterima di Bumi Blambangan.
Dalam kunjungan tersebut, siswa-siswi diajak melihat langsung koleksi benda peninggalan leluhur adat Mandar, seperti senjata tradisional Bandhik, Keris Mandar, Tombak, pakaian adat, hingga miniatur kapal Pinisi dan rumah adat Mandar.
Tidak ketinggalan, manuskrip sejarah dan foto-foto perjalanan leluhur Mandar ke Banyuwangi juga dipajang rapi. Salah satu koleksi unik yang menarik perhatian siswa adalah tombak berusia lebih dari 400 tahun yang konon berisi helaian rambut dari korban perang di masa lalu.
Pengelola museum sekaligus Ketua Adat Kampung Mandar, Puang Faizal Riezal Daeng Galak, menjelaskan bahwa Mini Museum “Mandarwangi” dibuka sejak 2018 sebagai upaya melestarikan budaya dan sejarah Suku Mandar.
“Kami ingin generasi muda mengenal lebih dekat sejarah perjalanan Suku Mandar ke Bumi Blambangan. Museum ini juga menjadi tempat edukasi tentang keragaman budaya di Banyuwangi,” jelas Faizal.
Faizal juga mengungkapkan bahwa leluhurnya, Puang Daeng Kapitan Galak, merupakan orang Mandar pertama yang tiba di Banyuwangi dan mendapat wilayah dari Raja Blambangan, Kangjeng Susuhunan Prabu Tawang Alun II. Hal ini menjadi bukti eratnya hubungan sejarah antara Suku Mandar dan Banyuwangi.
Di akhir kunjungan, para siswa menerima cinderamata berupa sertifikat penghargaan atas partisipasi mereka. Kegiatan ini menjadi pengalaman berharga bagi siswa-siswi SMAN 1 Glagah untuk memahami nilai sejarah dan tradisi yang dimiliki oleh suku-suku di Indonesia, khususnya Suku Mandar, yang telah menjadi bagian dari keragaman budaya di Banyuwangi.***
Penulis: Mohammad Syahid Satria, S.Pd