Siswa SMAN 1 Glagah Bawa Pulang Silver Medal dari Philippine International Mathematical Olympiad (PhIMO) di Manila

BANYUWANGI, SMAN 1 GLAGAH – Prestasi membanggakan berhasil diraih oleh dua siswa SMAN 1 Glagah, Banyuwangi, Helen Maurelle Wijayanti dan Rosyyane Allyna Rachim, yang sukses membawa pulang medali perak di kategori Junior Secondary dalam ajang Philippine International Mathematical Olympiad (PhIMO). Kompetisi bergengsi ini diselenggarakan oleh Math Olympiads Training League Inc. (MOTLI) di Manila, Filipina, pada 20-23 September 2024.

Selain pencapaian kedua siswa, guru matematika sekaligus pembina mereka, Sandra Trisyarini, S.Pd, juga menerima penghargaan sebagai Outstanding Coach dalam kompetisi ini. Sandra dinilai berhasil mempersiapkan dan mendampingi kedua siswanya dengan baik sehingga mampu tampil maksimal di ajang internasional.

Helen dan Rosyyane berhasil mengharumkan nama sekolah, Banyuwangi, dan Indonesia setelah bersaing dengan peserta dari berbagai negara dalam babak final. Sebelum mencapai tahap final, keduanya telah melewati seleksi regional Indonesia yang diadakan secara daring pada 26 Mei 2024. Dalam tahap tersebut, Helen meraih medali perak sementara Rosyyane membawa pulang medali perunggu, sehingga mereka berhak mewakili Indonesia di babak puncak di Manila.

Kepala SMAN 1 Glagah, Abdullah S.Pd., M.T., mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian Helen dan Rosyyane. Dengan prestasi ini, mereka membuktikan bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing di level internasional.

“Prestasi ini tidak hanya membanggakan sekolah dan daerah, tetapi juga membawa nama baik Indonesia di kancah internasional. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, terutama guru-guru yang terus mendampingi mereka selama proses persiapan lomba,” ujarnya, Selasa (24/09)

Abdullah menambahkan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja keras, disiplin, dan semangat yang luar biasa dari Helen dan Rosyyane, serta dukungan penuh dari keluarga dan sekolah.

“Perjuangan mereka tidak mudah, tetapi dengan kerja keras dan doa, mereka mampu mencapai hasil yang luar biasa ini,” tambahnya.
Rosyyane dan Helen mengaku tidak menyangka bisa mencapai prestasi ini, mengingat persaingan yang sangat ketat serta tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi.

Rosyyane, yang sudah memiliki pengalaman internasional di MWIC (Thailand) dan WMI (Korea Selatan), mengungkapkan bahwa soal di ajang PhIMO ini cukup rumit namun tidak jauh berbeda dengan soal-soal Olimpiade Sains Provinsi dan Nasional.

“Saya sempat gugup karena ini adalah ajang besar dan ada banyak peserta dari berbagai negara. Tapi dengan latihan soal dan doa dari orang tua serta guru, saya yakin bisa memberikan yang terbaik,” kata Rosyyane. Bahkan, Rosyyane sempat menangis saat dipanggil ke panggung untuk menerima medali perak.

Helen, yang baru pertama kali mengikuti ajang internasional, mempersiapkan diri dengan matang melalui bimbingan belajar khusus olimpiade secara daring dan latihan soal dari kompetisi sebelumnya. Ia juga sering berkomunikasi dengan orang tua dan berkonsultasi dengan guru pembina untuk menenangkan dirinya selama di Filipina.

“Saya lebih suka belajar secara perlahan, tidak dengan sistem kebut semalam (SKS), karena itu bisa membuat saya semakin gugup,” ungkap Helen.

Sandra Trisyarini selaku pembina, mengungkapkan bahwa menjaga mental dan psikis siswa adalah kunci utama dalam mendampingi mereka selama kompetisi.

“Saya selalu mengingatkan mereka untuk menjaga ibadah dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Selain persiapan akademik, dukungan spiritual sangat penting,” ujarnya.

Ke depannya, Helen dan Rosyyane akan menghadapi empat perlombaan tingkat nasional di berbagai universitas pada periode September hingga November 2024. Sandra menegaskan bahwa mereka akan terus didampingi dan dipersiapkan dengan baik untuk ajang-ajang tersebut.***

Penulis: Mohammad Syahid Satria, S.Pd

Bagikan :