SMANSA Glagah Gelar PeTa (Pentas Tahunan) ke-14

SMANSA Glagah Gelar PeTa (Pentas Tahunan) ke-14

 

Banyuwangi, Sabtu (5/5) Teater Melati SMAN 1 Glagah menggelar PeTa (Pentas Tahunan) ke-14.
Pagelaran yang dimulai pukul 18.30, kali ini terkesan inovatif karena digelar di Lapangan Basket sekolah.

 

Pentas lakon teater dengan pembina, Siti Nazila, S. Ag yang berlangsung sekitar 3 jam ini menampilkan 3 lakon tema milenial. Tiga naskah yang ditampilkan yakni, “Panggung suara maya”, “Keadilan untuk guru”, dan “Diary Ibu”. Setiap tahunnya PeTa berhasil menyedot perhatian masyarakat pecinta budaya. Kali ini, 400 tiket ludes pada H-2. Sementara penonton dari kalangan guru gratis.
Pagelaran kali ini dimeriahkan pula oleh penampilan ekstrakurikuler lain seperti ekskul tari (modern dan tradisional).
Pementasan dibuka oleh pembacaan puisi pembina teater dilanjutkan dengan pementasan tari tradisional dan modern dance.

Kepala sekolah, Drs.H.Mudjiono.Mpd membuka acara setelah menyampaikan sambutannya bahwa “Teater harus terus dilestarikan agar dapat memberi motivasi pada para penikmatnya melalui karya-karya yang ditampilkan”.

Penampil pertama “Panggung Suara Maya” mengkisahkan kehidupan seorang selebgram yang mementingkan kehidupan di medsos daripada dunianya yang nyata. Ia memiliki banyak fans dan haters di dunia maya. Semua hal yang terjadi ia luapkan di medsosnya. Hal ini membawanya kepada malapetaka besar. Ia menginginkan kehidupan yang sempurna: cinta yang sempurna. Ia mendasarkan dunia hanya secara materi saja. Ia terlalu silau atas dunia. Ketika masalah menimpa ia merasa tidak mendapat perhatian dari penggemar-penggemarnya di dunia maya. Depresi membuatnya memilij untuk mengakhiri hidupnya.

Music record mengisi pergantian acara dengan membagikan hadiah pada penonton.

Pementasan kedua, “ Keadilan untuk Guru” mengisahkan seorang guru senior, Bu Nuristanti menghadapi sidang di pengadilan karena tuntutan telah melakukan penganiayan berupa (cubitan dan pukulan) terhadap tangan seorang murid perempuan bernama Sisi. Orangtua Sisi tidak terima sehingga membawa kasus ini ke pengadilan dengan menghadirkan seorang pengacara ternama. Bu Nuristanti tanpa pengacara.

Galih Ayu Palupi, Jebeng Banyuwangi 2018 menjembatani Drama kedua dan ketiga dengan membacakan puisi “Timpang” karya Tria.

Tampilan terakhir, “Diary Ibu” membuat penonton yang didominasi ABG ini nyesek. Sang anak yang abg, lincah, sibuk dengan dunianya suatu ketika membaca buku harian ibunya yang telah meninggalkan rumah.

Lepas dari pro kontra terhadap kekurangan dan kelebihannya, pementasan ini harus diapresiasi sebagai buah karya atas kesadaran jiwa akan masalah-masalah milenial yang kerap terjadi dalam kehidupan saat ini.

 

[unitegallery pentastahunan06052018]

 

 

 

 

Bagikan :

WeCreativez WhatsApp Support
Assalamualaikum....